MELIHAT DARI DIMENSI YANG BERBEDA

Jumat, 29 Oktober 2010

L’auberge du Voyageur


Tahun 1979, empat orang Inggris yang tengah berlibur musim panas di Perancis, tengah melakukan perjalanan dari Paris ke Marseille, di Perancis selatan, dengan mengendarai mobil sendiri. Mereka adalah dua pasang pemuda pemudi yang tengah menikmati liburan musim panas mereka. Waktu menunjukkan pukul 22.00 dan matahari mulai terbenam dan haripun mulai gelap. Maklum pada saat musim panas di Perancis, waktu maghrib atau waktu matahari terbenam adalah sekitar pukul 21.00 – 22.00! Mereka berempat yang berada di pedesaan Perancis di luar kota Lyon, bersepakat untuk mencari tempat penginapan dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan keesokan paginya.

Di pedesaan itu suasana sangat sepi, hanya satu dua mobil saja berlalu setiap 10 – 15 menit. Setelah beberapa saat akhirnya mereka melihat sebuah penginapan yang agak jauh dari jalan raya yang dihubungkan dengan sebuah jalan kecil. Penginapan itu nampak sedikit gelap dengan hanya cahaya remang-remang keluar dari setiap jendelanya, nampaknya di penginapan itu sedang mati listrik. Namun karena waktu itu mereka sudah lelah, mereka memutuskan juga untuk menginap di penginapan itu.

Setelah mereka tiba di penginapan itu, mereka melihat bahwa terlihat banyak orang yang berada di penginapan itu, tapi anehnya mereka tidak melihat satu mobilpun yang parkir di penginapan itu. Tapi mereka tidak ambil pusing, dan segera bergegas ke resepsionis dan menanyakan apakah ada dua kamar kosong di situ. Sang resepsionis dengan senyum yang ramah mengatakan ada. Setelah selesai check-in mereka dengan di antar para bellboy segera menuju ke kamar mereka masing-masing di lantai 3, lantai paling atas. Setelah mereka memasuki kamar masing-masing, mereka mulai menemui kejanggalan, di dalamnya tidak ada lampu listrik sama sekali, dan juga peralatan-peralatan elektronik lainnya seperti pesawat televisi, pesawat telepon, bahkan jam dinding quartz pun tak ada! Yang ada hanyalah tempat tidur dan furnitur-furnitur model tua lainnya. Walaupun begitu semuanya tampak sangat terawat dan semuanya tampak bersih dan teratur.

Segera setelah mereka semua mandi, membersihkan badan, mereka semua bersepakat untuk makan malam di lantai dasar. Sesampainya di lantai dasar mereka semua di antar oleh seorang pelayan yang sangat ramah ke ruang makan yang lumayan besar dengan banyak meja. Tapi aneh, nampaknya hanya mereka berempat saja yang tengah makan, orang-orang lain hanya berlalu lalang saja. Lalu pada saat mereka makan, mereka juga membicarakan mengenai keanehan penginapan ini yang sepertinya lebih cocok menjadi museum daripada penginapan karena penuh dengan barang-barang antik yang terawat dan tidak ada barang-barang modern satupun! Setelah selesai makan, mereka iseng-iseng bertanya kepada resepsionis, apakah penginapan ini memang tak ada listrik dan tak ada benda-benda modern serta kenapa tak ada mobil yang parkir di penginapan ini? Sang resepsionis hanya tersenyum ramah dan mengatakan ‘kami memang seperti ini, kami berusaha untuk membawa suasana tamu ke masa lalu, inilah cara unik kami untuk memikat tamu atau klien kami’, katanya. Walaupun mereka berempat masih penasaran, namun mereka memutuskan untuk tidak ingin bertanya lagi, apalagi mereka sudah lelah karena waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Apalagi mereka pagi-pagi harus melanjutkan perjalanan untuk itu mereka memutuskan untuk langsung pergi tidur.

Keesokan paginya mereka melanjutkan perjalanan ke Marseille. Ketika hendak check-out dan menyelesaikan pembayaran mereka sangat terkejut karena mereka hanya dikenakan biaya 30 franc. “30 franc?? Untuk kami semua?? Termasuk makan malam dan sarapan??” Si resepsionis hanya mengangguk sambil tersenyum ramah. “Wah murah sekali!, kami akan ke sini lagi tahun depan!” begitu kata salah seorang dari mereka berempat. Setelah sempat berfoto-foto di depan penginapan itu, mereka semua bergegas berangkat ke Marseille, sambil melihat papan nama penginapan itu, sangat sederhana yaitu “L’auberge du Voyageur”! Di tengah jalan mereka bercakap-cakap bahwa mereka tahun depan akan menginap di penginapan itu lagi, karena murah dan pelayanannya sangat prima.

Sesampainya di Inggris, mereka mencuci foto-foto mereka, anehnya semua foto yang berada di penginapan itu terbakar semua, sedang foto-foto di tempat lainnya tercetak dengan baik! Namun mereka tidak ambil pusing, toh mereka berencana akan kembali lagi ke penginapan itu musim panas tahun depan.

Satu tahun sudah berlalu, kini mereka kembali lagi ke Perancis dan ingin sekali lagi menginap di ‘L’auberge du Voyageur’. Namun anehnya mereka mengalami kesulitan untuk menemukan kembali penginapan itu. Setelah mereka bolak balik berkali-kali sampai akhirnya mereka yakin bahwa mereka berada di tempat yang benar kini, mereka berinisiatif bertanya kepada orang-orang yang tinggal di sekitar jalan raya tersebut tentang keberadaan ‘L’auberge du Voyageur’. Namun tak ada satupun yang mengetahui kerberadaannya, sungguh aneh! Namun akhirnya mereka menemui seorang tua, mereka bersepakat untuk menanyai orang tua tersebut.

“Pak, bapak tahu keberadaan L’auberge du Voyageur?”. “Persisnya saya tidak tahu, tapi saya tahu L’auberge du Voyageur itu! Ada apa?” Begitu kata pak tua tersebut.

“Kami semua mau menginap lagi di situ!” begitu jawab salah satu dari mereka berempat.

“Menginap di situ lagi?” kata bapak tua itu keheranan.

“Iya, kenapa pak??” balas salah satu dari mereka lagi.

“Tapi nak, mustahil itu! L’auberge du Voyageur itu sudah terbakar habis hampir 200 tahun yang lalu, dan konon tak ada satupun yang selamat dari kebakaran itu!” kata pak tua itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar