MELIHAT DARI DIMENSI YANG BERBEDA

Sabtu, 30 Oktober 2010

Rumah Hantu AmityVille

Pada Desember 1975, George dan Kathleen serta anak-anak mereka pindah ke sebuah rumah di 112 Ocean Avenue, sebuah rumah besar bergaya kolonial Belanda di Amityville, sebuah lingkungan di pinggiran kota di selatan Long Island, New York.

Tigabelas bulan sebelum keluarga Lutz pindah, Ronald DeFeo, Jr., pemilik sebelumnya, telah menembak mati enam anggota keluarganya di rumah itu. Setelah 28 hari keluarga Lutz tinggal dirumah itu, mereka mulai merasakan hal-hal aneh dengan rumah tersebut.

Bagian ini berdasarkan buku yang ditulis oleh Jay Anson, 1977, The Amityville Horror – A True Story.

Jay Anson (1921-1980), adalah penulis The Amityville Horror

Rumah bernomor 112 di Ocean Avenue telah kosong selama 13 bulan setelah DeFeo membunuh anggota keluarganya, hingga pada Desember 1975 keluarga Lutz membeli rumah tersebut seharga $80.000. Rumah yang memiliki enam kamar tidur ini dibangun dengan gaya kolonial Belanda, dan memiliki atap yang melengkung. Rumah ini dilengkapi dengan kolam renang dan sebuah rumah tempat penyimpanan kapal. George dan Kathy telah menikah pada bulan Juli 1975 dan mempunyai rumah mereka sendiri, namun ingin memulai kembali dengan memiliki rumah baru. Kathy mempunyai tiga anak dari pernikahan sebelumnya, Daniel (9), Christopher (7), dan Melissa alias Missy (5). Mereka juga memiliki seekor anjing Labrador yang diberi nama Harry. Selama pengecekkan mereka saat akan membeli rumah tersebut, oleh agen mereka telah diberitahukan mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh DeFeo, namun mereka menganggap hal itu bukanlah masalah.

Keluarga Lutz pindah kerumah tersebut pada 18 Desember 1975. Sebagian besar mebel dari keluarga DeFeo masih ada, karena semuanya termasuk dalam kesepakatan jual beli. Seorang teman George Lutz telah mempelajari tentang masa lalu sejarah rumah tersebut, dan mendesak agar mereka melakukan pemberkatan. Namun mereka tidak mengerti cara-caranya. George mengenal seorang Pendeta Katolik yang bernama Bapa Ray, dan ia bersedia untuk melakukan pemberkatan. (Dalam buku Anson disebutkan nama Pendeta tersebut adalah Bapa Mancuso. Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi Pendeta tersebut, nama aslinya adalah Bapa Ralph J. Pecoraro).

Bapa Mancuso adalah seorang pengacara, imam Katolik, dan seorang psikoterapi yang tinggal di Sacred Heart Rectory. Ia tiba untuk melaksanakan berkat pada sore hari tanggal 18 Desember 1975 disaat George dan Kathy sedang membongkar barang-barang mereka. Ketika ia mengibaskan air suci yang pertama dan mulai untuk berdoa, ia mendengar suara dengan jelas yang mengatakan”Keluar!” – “Get out!”. Disaat meninggalkan rumah tersebut, ia tidak menceritakan kejadian itu kepada George maupun Kathy. Pada 24 Desember 1975, Bapa Mancuso menelepon George Lutz dan menasihatkan agar dia tidak menggunakan ruang dimana ia telah mendengar suara yang aneh tersebut. Ruang ini adalah ruangan yang direncanakan Kathy digunakan sebagai ruang jahit, dan tadinya adalah kamar tidur Marc dan Yohanes Matthew DeFeo. Percakapan telepon terputus secara tiba-tiba, dan kunjungan berikutnya ke rumah tersebut mengakibatkan Bapa Mancuso menderita demam tinggi dan pada lengannya dijumpai tanda yang mirip dengan tanda stigmata.

Pada mulanya, George dan Kathy Lutz tidak merasakan hal yang aneh dengan rumah mereka. Namun kemudian, mereka merasa bahwa “masing-masing dari mereka tinggal di suatu rumah yang berbeda”.

Sebagian dari pengalaman keluarga Lutz diuraikan sebagai berikut:

  • George selalu terbangun sekitar pukul 03:15 setiap paginya, dan kemudian keluar ke rumah tempat penyimpanan kapal. Waktu tersebut diperkirakan adalah waktu dimana DeFeo membunuh anggota keluarganya.
  • Rumah mereka selalu diganggu oleh segerombolan lalat di setiap musim dingin.
  • Kathy mendapat mimpi buruk tentang pembunuhan dan saat dimana ia melakukan persetujuan pembelian rumah tersebut. Anak-anak mereka juga mulai tertidur dengan terlungkup, posisi yang sama saat mayat DeFeo ditemukan.
  • Kathy merasakan seolah-olah “sedang dipeluk” dengan penuh kasih oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.
  • Kathy menemukan sebuah ruang kecil yang tersembunyi (sekitar empat kaki) di belakang basement. Dindingnya bercat merah dan ruangan itu tidak tampak didalam denah rumah. Ruangan itu kemudian dikenal dengan nama “The Red Room”. Ruangan ini memiliki pengaruh terhadap anjing mereka Harry, yang selalu menolak untuk mendekat dan selalu berjongkok seolah-olah merasakan sesuatu yang negatif.
  • Ada udara dingin, bau parfum dan kotoran didalam rumah, dimana tidak terdapat saluran udara atau jalur bagi sumber tersebut.
  • Putri mereka yang berumur lima tahun, Missy, mengisahkan teman imajinasinya yang bernama “Jodie” yang memiliki mata yang sangat merah.
  • George selalu dibangunkan oleh bunyi bantingan pintu depan. Ia akan segera ke lantai bawah dan menemukan anjing mereka tertidur dengan suara keras didepan pintu. Tidak ada orang lain yang mendengar suara itu kecuali dia.
  • George mendengar apa yang diuraikan sebagai “Marching band Jerman” atau suara seperti radio yang tidak di setel dengan frekuensi yang tepat. Namun ketika ia ke menuju lantai bawah, suara gaduh akan berhenti.
  • George disadari bahwa ia memiliki kemiripan kuat dengan Ronald DeFeo, Jr., dan mulai bermabukan di The Witches’ Brew, bar dimana DeFeo adalah salah seorang pelanggannya.
  • Ketika mengecek tempat penyimpanan kapal pada suatu malam, George melihat sepasang mata merah yang sedang memperhatikan dia dari jendela kamar tidur Missy. Ketika ia pergi keatas untuk melihatnya, ia tidak menemukan apa-apa. Kemudian disimpulkan bahwa itu adalah “Jodie”.
  • Ketika ditempat tidur, Kathy mendapatkan bekas merah didadanya disebabkan oleh suatu kekuatan tak terlihat, dan ia diangkat sekitar dua kaki dari tempat tidurnya.
  • Kunci, jendela, dan pintu rumah dirusakkan oleh suatu kekuatan yang tak terlihat.
  • Terdapat belahan kuku binatang yang besar di salju yang kemudian dihubungkan dengan seekor babi besar pada 1 Januari 1976.
  • Dari dinding aula dan lubang kunci dari pintu kamar bermain yang ada di loteng keluar lumpur yang berwarna hijau.
  • Sebuah salib 12 inchi yang digantung Kathy di kamar kecil ditemukan terpasang terbalik dan menyemburkan bau.
  • George tersandung oleh sebuah keramik singa Tiongkok yang memiliki tinggi sekitar empat kaki, yang kemudian meninggalkan bekas gigitan pada salah satu mata kakinya.
  • George melihat Kathy berubah menjadi seorang wanita tua yang berumur sekitar 90-an, “dengan rambut acak-acakan, muka dengan kerutan dan berbentuk buruk, dan air liur yang menetes dari mulutnya yang ompong”.

George dan Kathy Lutz dikelilingi dengan berbagai media yang mengulas kasus mereka

Setelah memutuskan bahwa ada yang tidak beres dengan rumah mereka, yang tidak dapat dijelaskan secara rasional, George dan Kathy Lutz melaksanakan suatu pemberkatan dengan cara mereka sendiri pada 8 Januari 1976. George memegang sebuah salib yang terbuat dari perak selagi kedua-duanya membacakan Doa Para Raja, dan dari ruang tamu mereka, menurut dugaan banyak oang terdengar suara paduan suara yang meminta agar mereka berhenti: “Will you stop!”.

Di pertengahan Januari 1976, dan setelah usaha pemberkatan yang dilakukan oleh George dan Kathy, mereka mengalami kejadian yang kemudian menjadi malam terakhir mereka berada di rumah itu. Keluarga Lutz menilai bahwa segala kejadian yang terjadi sebagai sesuatu yang sangat menakutkan, “too frightening”.

Setelah berkonsultasi dengan Bapa Mancuso, mereka memutuskan untuk mengambil beberapa barang kepunyaan mereka dan memutuskan untuk tinggal di rumah ibu Kathy di dekat Deer Park, New York. Pada 14 Januari 1976, George dan Kathy Lutz bersama ketiga anaknya dan anjing mereka Harry, meninggalkan rumah dan meninggalkan banyak barang dibelakang rumah tersebut. Hari berikutnya, seorang tukang ditugaskan untuk memindahkan barang-barang untuk dikirim ke keluarga Lutz. Ia melaporkan ada fenomena yang tidak normal didalam rumah itu.

Buku ini ditulis setelah Tam Mossman, seorang editor di penerbit Prentice Hall yang mengenalkan George dan Kathy Lutz kepada Jay Anson. Mereka tidak bekerja secara langsung dengan Anson, namun disampaikan melalui rekaman tape yang berdurasi sekitar 45 jam, yang kemudian menjadi dasar bagi penulisan buku ini. Diperkirakan penjualan buku ini mencapai sepuluh juta kopi dari beberapa edisi. Anson dikatakan mengambil dasar judul bukunya “The Amityville Horror” dari “The Dunwich Horror” karangan H.P. Lovecraft yang diterbitkan pada tahun 1929.

Jumat, 29 Oktober 2010

Berburu Hantu di Malam Halloween


Gettysburg: Pennsylvania, Amerika Serikat, sibuk mengikuti tur memburu hantu di malam Halloween. Mereka mengincar hantu tentara yang konon sering terlihat, baik dengan mata telanjang maupun lensa kamera.

Kota Gettysburgh, Penssylvania, adalah tujuan utama dari tim pemburu hantu dadakan itu. Dipimpin seorang pemandu wisata, mereka menyusuri sepanjang jalan Dwight Stoutzenberger yang dikenal angker persis di tengah malam.

Ann Griffith, pemandu wisata yang memandu para pemburu hantu, itu menuturkan bahwa ketertarikan para pecinta rasa takut itu dengan Gettysburgh menjadi ladang emas bagi para pemilik bisnis biro wisata. Selama 16 tahun pengalamannya, Ann telah menyaksikan arwah-arwah gentayangan yang kerap tertangkap mata.

“Hantu tentara yang bergentayangan di sekitar Jalan Dwight Stoutzenberger tidak menyadarai bahwa mereka telah mati,” kata Ann. “Banyak dari mereka tidak tahu mereka mati. Banyak dari mereka masih pikir mereka melawan pertempuran terbesar dalam hidup mereka.”

Perang sipil yang terjadi pada tahun 1863 menewaskan ribuan tentara, hingga menghantui seluruh sudut kota. Hal itulah yang membuat Gettysburg menempati posisi teratas dari tempat-tempat angker di Amerika Serikat.(reuters/SH)liputan6.com

L’auberge du Voyageur


Tahun 1979, empat orang Inggris yang tengah berlibur musim panas di Perancis, tengah melakukan perjalanan dari Paris ke Marseille, di Perancis selatan, dengan mengendarai mobil sendiri. Mereka adalah dua pasang pemuda pemudi yang tengah menikmati liburan musim panas mereka. Waktu menunjukkan pukul 22.00 dan matahari mulai terbenam dan haripun mulai gelap. Maklum pada saat musim panas di Perancis, waktu maghrib atau waktu matahari terbenam adalah sekitar pukul 21.00 – 22.00! Mereka berempat yang berada di pedesaan Perancis di luar kota Lyon, bersepakat untuk mencari tempat penginapan dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan keesokan paginya.

Di pedesaan itu suasana sangat sepi, hanya satu dua mobil saja berlalu setiap 10 – 15 menit. Setelah beberapa saat akhirnya mereka melihat sebuah penginapan yang agak jauh dari jalan raya yang dihubungkan dengan sebuah jalan kecil. Penginapan itu nampak sedikit gelap dengan hanya cahaya remang-remang keluar dari setiap jendelanya, nampaknya di penginapan itu sedang mati listrik. Namun karena waktu itu mereka sudah lelah, mereka memutuskan juga untuk menginap di penginapan itu.

Setelah mereka tiba di penginapan itu, mereka melihat bahwa terlihat banyak orang yang berada di penginapan itu, tapi anehnya mereka tidak melihat satu mobilpun yang parkir di penginapan itu. Tapi mereka tidak ambil pusing, dan segera bergegas ke resepsionis dan menanyakan apakah ada dua kamar kosong di situ. Sang resepsionis dengan senyum yang ramah mengatakan ada. Setelah selesai check-in mereka dengan di antar para bellboy segera menuju ke kamar mereka masing-masing di lantai 3, lantai paling atas. Setelah mereka memasuki kamar masing-masing, mereka mulai menemui kejanggalan, di dalamnya tidak ada lampu listrik sama sekali, dan juga peralatan-peralatan elektronik lainnya seperti pesawat televisi, pesawat telepon, bahkan jam dinding quartz pun tak ada! Yang ada hanyalah tempat tidur dan furnitur-furnitur model tua lainnya. Walaupun begitu semuanya tampak sangat terawat dan semuanya tampak bersih dan teratur.

Segera setelah mereka semua mandi, membersihkan badan, mereka semua bersepakat untuk makan malam di lantai dasar. Sesampainya di lantai dasar mereka semua di antar oleh seorang pelayan yang sangat ramah ke ruang makan yang lumayan besar dengan banyak meja. Tapi aneh, nampaknya hanya mereka berempat saja yang tengah makan, orang-orang lain hanya berlalu lalang saja. Lalu pada saat mereka makan, mereka juga membicarakan mengenai keanehan penginapan ini yang sepertinya lebih cocok menjadi museum daripada penginapan karena penuh dengan barang-barang antik yang terawat dan tidak ada barang-barang modern satupun! Setelah selesai makan, mereka iseng-iseng bertanya kepada resepsionis, apakah penginapan ini memang tak ada listrik dan tak ada benda-benda modern serta kenapa tak ada mobil yang parkir di penginapan ini? Sang resepsionis hanya tersenyum ramah dan mengatakan ‘kami memang seperti ini, kami berusaha untuk membawa suasana tamu ke masa lalu, inilah cara unik kami untuk memikat tamu atau klien kami’, katanya. Walaupun mereka berempat masih penasaran, namun mereka memutuskan untuk tidak ingin bertanya lagi, apalagi mereka sudah lelah karena waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Apalagi mereka pagi-pagi harus melanjutkan perjalanan untuk itu mereka memutuskan untuk langsung pergi tidur.

Keesokan paginya mereka melanjutkan perjalanan ke Marseille. Ketika hendak check-out dan menyelesaikan pembayaran mereka sangat terkejut karena mereka hanya dikenakan biaya 30 franc. “30 franc?? Untuk kami semua?? Termasuk makan malam dan sarapan??” Si resepsionis hanya mengangguk sambil tersenyum ramah. “Wah murah sekali!, kami akan ke sini lagi tahun depan!” begitu kata salah seorang dari mereka berempat. Setelah sempat berfoto-foto di depan penginapan itu, mereka semua bergegas berangkat ke Marseille, sambil melihat papan nama penginapan itu, sangat sederhana yaitu “L’auberge du Voyageur”! Di tengah jalan mereka bercakap-cakap bahwa mereka tahun depan akan menginap di penginapan itu lagi, karena murah dan pelayanannya sangat prima.

Sesampainya di Inggris, mereka mencuci foto-foto mereka, anehnya semua foto yang berada di penginapan itu terbakar semua, sedang foto-foto di tempat lainnya tercetak dengan baik! Namun mereka tidak ambil pusing, toh mereka berencana akan kembali lagi ke penginapan itu musim panas tahun depan.

Satu tahun sudah berlalu, kini mereka kembali lagi ke Perancis dan ingin sekali lagi menginap di ‘L’auberge du Voyageur’. Namun anehnya mereka mengalami kesulitan untuk menemukan kembali penginapan itu. Setelah mereka bolak balik berkali-kali sampai akhirnya mereka yakin bahwa mereka berada di tempat yang benar kini, mereka berinisiatif bertanya kepada orang-orang yang tinggal di sekitar jalan raya tersebut tentang keberadaan ‘L’auberge du Voyageur’. Namun tak ada satupun yang mengetahui kerberadaannya, sungguh aneh! Namun akhirnya mereka menemui seorang tua, mereka bersepakat untuk menanyai orang tua tersebut.

“Pak, bapak tahu keberadaan L’auberge du Voyageur?”. “Persisnya saya tidak tahu, tapi saya tahu L’auberge du Voyageur itu! Ada apa?” Begitu kata pak tua tersebut.

“Kami semua mau menginap lagi di situ!” begitu jawab salah satu dari mereka berempat.

“Menginap di situ lagi?” kata bapak tua itu keheranan.

“Iya, kenapa pak??” balas salah satu dari mereka lagi.

“Tapi nak, mustahil itu! L’auberge du Voyageur itu sudah terbakar habis hampir 200 tahun yang lalu, dan konon tak ada satupun yang selamat dari kebakaran itu!” kata pak tua itu.

Senin, 25 Oktober 2010

Kisah Penampakan Hantu Paling Terkenal

1.Anne Boleyn, Pemaisuri Raja Henry VIII yang Tewas Dipancung

Anne Boleyn adalah istri kedua dari Raja Henry VIII dan juga ibu moyang dari Ratu Elisabeth I. Anne Boleyn sempat tiga tahun menjadi pemaisuri Raja Henry, sebelum akhirnya raja mencampakkannya karena bosan. Untuk menyingkirkan pemaisuri bukan hal yang mudah, harus dengan alasan kuat. Maka dibuatlah tuduhan bahwa pemasuri Anne Boleyn telah melakukan perzinahan, inses dan sihir. Para sejarawan percaya bahwa semua tuduhan itu adalah palsu. Tuduhan-tuduhan berat ini menghantar pemaisuri yang malang ini ke hukuman pancung. Dengan kepala yang terangkat tinggi, pedang algojo pun menebas lehernya, dan tamatlah hidup Anne Boleyn. Peristiwa bersejarah itu terjadi 19 Mei 1536.

Sejak itu dikabarkan hantu Anne gentayangan dan kerap menampakan diri di sejumlah tempat berbeda. Di antaranya; Hever Castle, Blickling Hall, Gereja Salle, Marwell Hall, tapi yang paling terkenal dan sering muncul adalah penampakan di Tower of London. Banyak yang merasa telah melihat penampakan hantu sang ratu. Beberapa melihatnya sama seperti ketika ia masih hidup, cantik dalam gaun yang indah. Tapi yang tidak beruntung, akan melihat hantunya tanpa kepala, kepalanya diselipkan di lengannya,.Penampakan ini telah menjadi semacam icon dalam film parody atau acara televise, orang menggunakannya sebagai kostum Halloween.

2.Abraham Lincoln

Cerita Abraham Lincoln ini telah menjadi terkenal dan melenggenda. Dikabarkan, beberapa waktu sebelum ia tewas dibunuh, Lincoln sempat menceritakan mimpinya yang aneh pada anggota kabinetnya. Lincoln bercerita bahwa ia bermimpi masuk ke sebuah rumah pemakaman berwarna putih. Di sana dia bertemu dengan seorang pelayat. Ia bertanya tentang orang yang mati itu. Dijawab," Presiden..orang itu mati karena dibunuh". Dikemudian hari, ternyata Lincoln tewas dibunuh. Apakah mimpi itu pertanda peristiwa yang akan menimpanya dikemudian hari. Bahwa, jenazahnya lah yang telah dia lihat. Cerita mimpi Lincoln ini telah menjadi terkenal dan melegenda, diceritakan secara turun temurun.

Arwah Lincoln mungkin penasaran karena meninggal tak wajar. Kerap kali hantunya muncul di sejumlah tempat di White House, Istana Kepresidenan Amerika. Banyak pengunjung White House maupun penghuninya, melihat penampakan hantu Lincoln.Sejumlah tokoh terkenal pun mengaku pernah melihat hantu Lincoln di antaranya, First Lady Grace Coolidge, Ratu Wilhelmina dari Belanda, bahkan Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris yang terkenal.

Bahkan Churchill bercerita, suatu ketika ia baru saja habis mandi, badannya terasa segar, ia berjalan menuju kamar tidur. Alangkah terkejutnya ia ketika memandang ke perapian, tampak Abraham Lincoln berdiri di dekat perapian.Churchill otomatis menyapa," Selamat malam Mr Presiden!". "Anda sepertinya dalam posisi yang kurang menguntungkan", tambah Churchill lagi. Hantu Lincoln hanya tersenyum lembut, kemudian menghilang. Entah benar atau tidak kisah Churchill ini namun yang pasti ada banyak orang yang mengaku telah melihat hantunya.

3.The Flying Dutchman

Peristiwa ini konon terjadi tahun 1641 ketika Hendrik van der Decken bersumpah akan mengelilingi Tanjung Harapan hingga kiamat. Sejak itu sosoknya tak pernah terlihat lagi. Nasibnya pun tak diketahui. Namun banyak saksi mengatakan, bahkan berani bersumpah, mereka sering melihat kapan si kaptel yang dikenal dengan sebutan, The Flying Dutchman, tiba-tiba berada di perairan sekitar sana, lalu menghilang. Kadang kapal hantu itu begitu dekat dengan kapal mereka sehingga mereka bisa melihat jelas. Para pelaut menyebut, penampakan kapal hantu The Flying Dutchman, sebagai suatu pertanda buruk bagi kapal yang melihatnya. Bukan karena kapal hantu itu yang mereka takuti, tapi bencana buruk yang bakal menimpa jika melihat penampakan kapal itu.

Sebut saja salah satu contohnya adalah ketika kapal hantu itu muncul dan disaksikan para awak kapal Raja Inggris, George V, pada 1881. Beginilah kesaksian yang ditulis," Pada pukul 4 AM Flying Dutchman melintasi di depan kami. Sungguh aneh, semua lampu di kapal itu menyala terang benderang berwarna merah, di tengah tengah ada tiang-tiang yang menyala". Pagi harinya para pelaut yang menjadi saksi mata penampakan Flying Dutchman tewas misterius.

4 Hantu Mary Gentayangan Mencari Mangsa

Jika melintas di timur laut Archer Lane, antara Ballroom dan Pemakaman Willowbrook, di Kehakiman Illinois, orang-orang muda mungkin akan bertemu dengan seorang gadis muda cantik, berambut pirang dengan mata biru indah. Biasanya gadis muda ini menghentikan mobl-mobil yang melintas, meminta tumpangan. Yang tidak tahu, biasanya akan tergoda membawa gadis itu tanpa curiga mengapa dia berada sendirian di jalan sepi.

Lalu, gadis yang mengenakan gaun pesta putih itu menghentikan anda di depan pintu kompleks pemakanan, kemudian menghilang. Inilah kisah hantu penasaran Mary yang meninggal tak wajar pada tahun 1930-an. Hantu Mary ini telah menjadi legenda dan kabarnya masih tetap menampakkan diri hingga kini di kawasan itu. Uniknya, semua saksi korban bercerita tentang kejadian yang sama.

Salah satu kesaksian adalah terjadi tahun 1973, seorang sopir taksi bertanya pada petugas di Chet's Melody Lounge yang berada di seberang jalan kompleks pekuburan itu, dia menanyakan, ada seorang gadis yang naik taksinya, namun dia turun begitu saja dan tidak membayar ongkos. Ini menandakan hantu Mary tetap beraksi puluhan tahun telah beralalu sejak kematiannya.

5 . Hantu Dalam Cermin di Perkebunan Myrtles

Ini adalah legenda tentang seorang budak yang tinggal di rumah perkebunan Myrtles di St Francisville, Louisiana. Namanya Chloe. Ia punya kebiasaan buruk mengintip kejadian-kejadian yang terjadi di rumah tuannya lewat lubang kunci. Suatu ketika, kebiasaan buruknya terungkap, dia tertangkap basah oleh tuannya. Hukumannya, sungguh anda bisa bayangkan sendiri, dia dianiya habis habisan, telinganya dipotong. Untuk menutupi lukanya, dia harus memakai syal hijau di kepalanya. Rupanya Chloe tidak terima, dendamnya membara.

Ia membuat kue panggang di atas daun oleander, tanaman asal daerah selatan yang dikenal sangat beracun. Sasaran si budak adalah, tuan yang menyiksanya akan memakan kue itu dan mati. Tapi ternyata yan memakannya adalah istri tuannya juga dua anak perempuan mereka. Kontan, setelah memakan kue-kue itu, mereka pun pingsan dan akhirnya meninggal dalam kesakitan.

Setelah perbuatan kejamnya, Chloe kabur, namun tertangkap, dan dia pun digantung di tengah lapangan disaksikan para budak perkebunan itu.

Tapi tidak ada bukti sejarah yang mendukung cerita ini, hanya ada sebuah foto menarik. Bisa jadi benar bisa juga tidak. Tapi konon sejak kejadian itu, katanya, penampakan hantu perempuan kerap muncul di daerah itu.

Tapi tentu ada banyak hantu berkeliaran, termasuk hantu seorang gadis muda yang sering muncul di cermin yang ditaruh di tangga. Rumah perkebunan Myrtles kini menjadi tempat wisata hantu. Bed and Breakfast memberikan layanan pemandu tur bagi wisatawan yang penasaranan ingin melihat rumah tersebut pada malam yang gelap. Mau?

6.Hantu Wanita Gaun Putih di Balete Drive, Filipina

Ternyata Filipina punya hantu yang terkenal di dunia, orang menyebutnya White Lady. Penampakan hantu wanita berpakaian gaun panjang berwarna putih, memang menjadi penggambaran umum kebanyakan hantu perempuan di dunia. Namun hantu perempuan yang satu ini memiliki ‘keisitimewaan' itulah yang membuatnya terkenal. Hantu itu ada di Quenzon City, Filipina.

Di Filipina sendiri, kisah hantu berjubah putih itu masih kontroversi, ada yang percaya tapi ada juga yang menganggapnya tipuan semata. Namun mayoritas penduduk mempercayai hal ini karena mengaku banyak yang melihat penampakannya.

Cerita yang berkembang adalah, hantu perempuan itu kerap berdiri di tengah jalan di Balete Drive, berambut hitam panjang, wajah kosong, tubuh berlumuran darah. Jadi disarankan, jika anda jangan melintasi jalan itu pada malam hari. Kalaupun terpaksa, jangan biarkan mobil anda kosong, pastikan semua kursi terisi penumpang.

Rupanya dari pengalaman para korban ‘Lady White' ini, dia selalu muncul dan duduk di kursi yang kosong! Hati-hatilah!

7 .Clifton Hall

Rumah kuno dan indah Clifton Hall di Nottinghamshire, Inggris, terkenal sangat berhantu. Konon property ini sudah ada sejak abad ke-11 kemudian menjadi milik keluarga Clifton pada abad ke 13 sampai akhirnya dijual pada 1958. Bangunan ini telah berkali-kali berganti fungsi, sempat beberapa kali menjadi sekolah, kemudian menjadi apartemen mewah, sebelum akhirnya menjadi rumah pribadi.

Adalah seorang kaya bernama Anwar Rashid, membeli rumah mewah itu. Ia bersama istri dan empat anaknya tinggal di sana. Rumah itu memang luar biasa besar, memiliki 17 kamar tidur, 10 kamar mandi, 10 ruang tamu, tempat olah raga juga bioskop. Sebagai sebuah rumah, bangunan ini memang sangat lengkap dan mewah. Bukan hanya fasilitas itu saja yang dimiliki rumah itu, tapi juga ternyata sejumlah hantu senang tinggal di sana. Sayangnya, mereka (hantu) itu selalu mengganggu siapapun manusia yang tinggal di sana. Itulah yang dialami keluarga Anwar Rashid, pemilik rumah.

Hantu itu tidak menunggu lama untuk membuat kekacauan pada keluarga ini. Pada hari pertama keluarga Rashid tinggal, gangguan sudah muncul. Dimuali dari ketukan pada pintu, dan suara seorang laki-laki tanpa wujud, yang menyapa,"Hallo siapa di sana". Peristiwa selanjutnya,pada pukul 5 pagi, istri Anwar, Nabila, turun untuk mempersiapkan suisu untuk anak mereka yang baru berusia 18 bulan. Sampai di sebuah ruangan, dia melihat anak tertuanya, tampak duduk di depan televise.

Nabila sempat menegur anaknya, tapi anak itu tidak menoleh, juga tidak memberi jawaban. Merasa perasaannya jadi tak enak, bulu kuduknya meremang, bergegas, dia mendatangi kamar anak tertuanya untuk memeriksa, ternyata sang anak tampak sedang terlelap pulas. Lalu siapa yang berada di depan televise?

Dengan ketakutan ia pun melaporkan kejadian mengerikan itu pada suaminya. Keluarga ini bertahan selama 8 bulan, lalu Rashid hengkang dari rumah hantu itu. Desas desus yang beredar, orang sering kali mendengar suara tangisan bayi, tampak juga ada wanita yang terlihat dari jendela berjalan mondar mandir di sebuah ruangan yang telah ditutup bata dan tidak dapat diakses lagi.

8. Hantu Perempuan Bermata Bolong di Raynham Hall

Raynham Hall di Norfolk, Inggris, adalah rumah bagi subjek dari salah satu foto hantu paling terkenal yang pernah tertangkap., Brown Lady, begitu orang menamainya, karena hantu perempuan itu selalu muncul mengenakan gaun berwarna coklat. Masyarakat meyakini itu adalah hantu Lady Dorothy Walpole, adik dari Sir Robert Walpole, yang menikah dengan Charles, 2nd Viscount Townshend pada tahun 1713. Dia meninggal secara misterius pada tahun 1726, dan penampakan-nya dimulai tak lama setelah itu.

Sejak potret penampakannya diambil tahun 1936, laporan tentang pemunculan hantu bergaun coklat itu menurun drastic. Beberapa cerita tentang penampakan hantu itu, yang paling terkenal adalah kesaksian Major Loftus, ia tinggal di Raynham Hall pada 1849. Pada suatu malam, Mayor Loftus dan temannya, Hawkins melihat seorang wanita bergaun coklat berada di rumahnya. Ketika didekati, wanita itu menghilang. Bukannya takut, Loftus malah penasaran. Besoknya, ia kembali ke ruangan itu, ia ingin melihat apakah wanita itu akan muncul lagi. Ternyata benar, hantu wanita itu muncul lagi. Hanya saja, sekarang dia menjadi ngeri luar biasa, karena ketika ia menatap wajah hantu itu, dua matanya bolong.

9. Ghosts of the Stanley Hotel

Berbicara tentang Stanley Hotel, tak dapat melupakan kisah-kisah hantu di dalamnya. Stanley Hotel Este Park, Colorado, dan kisah hantu-hantunya telah terkenal di seluruh dunia. Namun, tetap saja ada yang mengingap di sana. Ya, tentu saja, mereka adalah pengunjung yang tidak tahu tentang hotel angker itu. Para karyawan bercerita bahwa mereka kerap mendengar seperti ada pesta besar di Ballroom, padahal di sana tidak ada aktivitas apapun. Laporan para pengunjung yang menginab di hotel itu pun tak kurang banyaknya. Mereka (pengunjung) melihat hantu-hantu itu muncul di kamar mereka, namun hantu itu hanya berdiri mengawasi. Ada juga kesaksian bahwa mereka mendengar seolah ada anak-anak yang bermain di lorong, ketika dilihat, tidak ada siapa pun.

Tapi sepertinya lantai empat memiliki paling banyak hantu. Sepertinya di situlah pusat dari hantu hantu itu. Konon, salah satu hantunya adalah Lord Lord Dunraven. Ia adalah pemilik tanah sebelum hotel ini dibangun. Laporan yang ada tentang penampakan hantu Lord Dunraven adalah ia sering terlihat berdiri diam di tengah tempat tidur, atau ia tampak melihat keluar jendela kamar 407. Lord Dunraven dituduh atas hilangnya perhiasan-perhiasan juga barang-barang hotel selama bertahun tahun.

10.Hantu Kate Morgan di Hotel del Coronado

The Hotel del Coronado adalah bangunan bergaya Victoria, terletak di pantai selatan California, selatan San Diego.Kisah ini bermula pada 24 November 1892, seorang gadis muda check-in di hotel tersebut. Ia tampak sangat kesakitan, dan hanya berdiam diri di kamar hotel. Spekulasi yang beredar, ketika itu ia meminum banyak obat kina dalam upayanya menggugurkan kandungannya.

Pada tanggal 29 November, dia ditemukan tewas dengan sebuah lubang peluru di pelipisnya. Ia ditemukan di tangga luar yang menuju ke pantai.Di dekat tubuhnya, ada pistol yang tergeletak. Dugaan yang muncul, ia bunuh diri. Sejak saat itu, fenomena aneh telah dilaporkan terjadi di hotel itu seperti: suara-suara aneh, lampu berkedip-kedip dan mematikan, dan bahkan kadang-kadang hantu wanita berpakaian zaman Victoria berkeliaran di lorong-lorong***aw/matabumi.com/listverse

Minggu, 24 Oktober 2010

AISYAH


Malam itu di asrama anak laki-laki panas sekali. Dan Husein masih belum bisa tidur. Berkali-kali ia membalikkan badannya di tempat tidur sambil mengumpat-umpat.

"Kenapa aku harus tidur secepat ini? Aku kan sudah sehat!"

Sudah tiga hari ia menempati klinik asrama karena radang tenggorokan yang dideritanya. Sebenarnya sore itu dokter sudah menyatakan bahwa ia sudah sembuh, tapi ia hanya mengijinkan untuk kembali ke kamarnya esok paginya.

"Besok saja ya, sekarang kan tanggung, kamarmu yang dulu belum dibersihkan. Nanti kalau kamu sakit lagi gimana? Kamu nggak mau penyakitmu bertambah parah kan?" Dokter Hamed berujar sambil tersenyum. Suster Ema yang berdiri di samping pak dokter ikut mengiyakan sambil mengacak-acak rambut Husein.

“Betul, Nak. Tadi waktu saya ke sana ternyata dinding sebelah kananmu masih dicat, dan kemungkinan baru selesai besok pagi. Sabar ya, Nak. Lagipula kamarmu yang ini kan jauh lebih luas dan jendelanya pun jauh lebih besar. Besok saja ya, Nak?”

Husein terpaksa menurut sambil bersungut-sungut. Sialan, umpatnya, bisa mati kebosanan aku di sini. Tinggal selama tiga hari di klinik asrama itu sendirian yang letaknya bersebelahan dengan kamar ibu asrama terasa tiga tahun baginya. Tidak ada televisi dan radio. Sungguh membosankan! Setiap hari yang dikerjakannya hanyalah membaca buku-buku cerita usang yang dipinjamnya dari Syahril, anak tukang kebun di asrama tersebut.

“Anak Kancil Bertemu Dengan Berry si Beruang Coklat..” Husein menggumam sambil jari jemarinya menyeruak halaman demi halaman buku cerita lusuh yang dipegangnya tersebut. Apa remaja seumur dia masih suka membaca buku cerita anak-anak seperti ini? Husein menggeleng-gelengkan kepalanya sambil diam-diam menertawakan Syahril yang memang penampilannya lugu dan polos. Pantas dia masih menjomblo, Husein tersenyum sambil membayangkan Syahril dengan sandal jepit biru dan kaos oblong kedodoran yang hampir setiap hari dikenakannya tersebut.

Hawa di ruangan kecil di samping kamar ibu asrama tersebut masih terasa panas. Tetapi Husein sudah tidak mengindahkannya lagi. Ia sedang asyik dengan cerita Kancil dan Beruang yang terdapat di hadapannya. Baginya tiada jalan lain untuk membunuh waktu yang membosankan tersebut dengan memaksakan dirinya memahami dan terlarut dengan setiap aluran cerita yang terpaksa direguknya kata demi kata.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah satu pagi. Sayup-sayup terdengar suara binatang malam bersahutan dari luar jendela kamarnya diiringi sesekali suara lembut hembusan angin yang bertiup di sela-sela cabang pepohonan akasia di samping kanan jendela kamar bercat putih tersebut.

Husein memandang ke arah jendela di sampingnya yang terbuka setengah. Angin malam berhembus masuk ke dalam kamarnya yang juga dicat putih. Huh, masih terasa panas, keluhnya sambil mengusap keningnya yang agak berkeringat. Kipas angin di atas kepalanya sudah lama tidak berfungsi lagi. Tangannya bergerak untuk membuka jendela itu lebih besar lagi ketika ia menangkap sesosok bayangan putih berkelebat di atas pohon tepat di seberang kamarnya.

Husein menggosok-gosokkan matanya. Apa itu, pikirnya penasaran.

Husein kini duduk dengan tegak di atas ranjangnya yang berderit-derit setiap kali ia menggerakkan tubuhnya yang sedikit gempal. Sosok itu kini terlihat jelas. Ia adalah sesosok wanita muda cantik yang sedang duduk duduk di atas dahan yang tinggi sambil menggerak-gerakkan kakinya dan bersenandung pelan. Seolah-olah ia sedang berayun-ayun di atas ayunan. Rambutnya terlihat hitam lurus ikut bergerak-gerak ditiup angin yang berhembus pelan. Parasnya lembut dan cantik. Wanita misterius itu terus saja asyik bersenandung seolah tak memperhatikan sepasang mata yang mengawasinya dari kejauhan.

Husein menatapnya tak berkedip. Jantungnya berdegup keras. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya. Tangannya gemetaran. Otaknya seakan berhenti berputar. Dia hanya duduk terpaku menatap pemandangan di depannya.

Sekonyong-konyong wanita itu berhenti bersenandung dan dengan tiba-tiba menatap lurus ke arah Husein yang masih duduk terpaku di dalam kamarnya. Tatapannya tajam dan menusuk. Setajam tatapan elang yang hendak menerkamnya bulat-bulat dari atas pohon. Suasana bertambah hening mencekam. Husein merasakan seolah darahnya berhenti mengalir.

Sebelum Husein sempat menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi, tiba-tiba wanita itu ‘terbang’melayang dari atas pohon tempatnya bertengger dan detik berikutnya wajahnya sudah berada dekat sekali di jendela. Mata mereka saling bertatapan satu sama lain. Wanita itu berdiri begitu dekat dengan wajahnya sehingga Husein bisa merasakan hembusan hawa dingin dari sosok di hadapannya itu. Saat berikutnya tiba-tiba saja wanita itu tersenyum menyeringai. Wajah ayunya digantikan oleh paras yang tiba-tiba terlihat begitu menyeramkan. Taringnya yang panjang dan runcing menyeruak dari senyumnya yang jahat!

Husein tersentak! Dengan refleks ia menutup jendela dan meguncinya serta menutup tirainya rapat-rapat. Tubuhnya gemetaran hebat di atas ranjang. Detik berikutnya ia menjerit sekuatnya sambi berteriak-teriak minta tolong dan menyelubungi dirinya dengan selimut bergaris hijau yang selama ini tidak pernah dipakainya. Tapi kemudian ia teringat bahwa ibu asrama sedang keluar kota dan ia tidak tahu ke mana suster centil yang seharusnya berjaga di kamar sebelah. Sial! Sial! Sial! Sejuta kali SIAL! Ia berkali-kali mengumpat dalam hati.

Kemudian ia berusaha mengucapkan doa-doa yang pernah dipelajarinya selama ini. Entah karena gugup atau lupa, tidak satu pun doa-doa yang sempurna diucapkannya.

Tapi ia tidak peduli. Ia terus berusaha keras mengucapkan doa-doa sebisanya sampai ia kelelahan dan jatuh tertidur di balik selimutnya yang tebal. Beberapa saat kemudian ia terbangun karena merasa kegerahan. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Pelan-pelan ia membuka selimut yang menyelubungi kepalanya sedikit demi sedikit dan mengintip keadaan kamarnya. Keadaan sunyi senyap. Jam dinding berdetak pelan dan lembut. Husein melirik ke arah jam tersebut. Sudah pukul 2.15 pagi.

Ia menyibakkan selimutnya dan berusaha untuk tidur lagi ketika ia mendengar suara langkah sepatu berhak tinggi di koridor di depan kamarnya. Mungkinkah itu ibu asrama yang baru datang dari luar kota?

Husein baru saja memejamkan matanya ketika ia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk ke dalam.

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Sayang?" Suara suster Jane yang genit yang dikenalnya selama ini menenangkannya. Mendadak ia merasa lega karena ia tidak sendirian lagi di kamarnya. Parfum suster Jane mulai menyeruak memenuhi ruang tersebut.

"Eh, baik, Sus. Suster dari mana? Kok sudah selarut ini belum tidur?" Husein berkata. Matanya terkesima tatkala melihat tubuh suster Jane yang terbalut erat di balik seragam putihnya yang terlihat sangat ketat dan sesak. Ia kelihatan lebih cantik dari biasanya.

"Aku baru saja menemai Bu Christin menonton telivisi dan lalu aku jalan-jalan di luar sebentar, soalnya udara panas sekali sih hari ini," Suster Jane berkata pelan sambil mengusap-usap dahi Husein yang basah oleh keringat.

“Kamu sendiri kok belum tidur, Sayang?” Suster muda yang terlihat sangat cantik dan seksi itu tersenyum lagi. Ia begitu lembut dan penuh perhatian. Tangannya yang halus terasa sangat menentramkan hati Husein yang segera melupakan kejadian menyeramkan sebelumnya. Kini jantungnya mulai berdegup kencang lagi. Bukan karena takut. Tapi karena tubuh Suster Jane terlihat semakin indah tatkala ia mendekat untuk mengecup keningnya. Tak lama Husein pun merasa mengantuk dan ia mulai menutup matanya.

"Tidurlah, Sayang..." Suster Jane berkata lembut. Rambutnya yang harum menyapu lembut wajah Husein.

Husein membuka matanya kembali untuk mematikan lampu baca yang ada di samping tempat tidurnya ketika tanpa sadar ia melihat ke arah lantai dan menyadari bahwa yang selama ini dikiranya Suster Jane ternyata kakinya tidak menapak pada tanah melainkan melayang di udara!

Seketika Husein menjerit dan meloncat dari tempat tidurnya dan segera berlari di koridor sambil berteriak-teriak seperti orang gila. Ia berlari ke arah kamar Pak Singh, tukang kebun, yang kebetulan berada tidak jauh dari kamarnya. Ia menggedor-gedor kamarnya sambil berteriak-teriak ketakutan. Matanya nanar dan nafasnya terasa sesak.

Sesaat kemudian Husein sudah berada di dalam kamar Pak Singh, yang masih berusaha menenangkannya. Sementara itu guru-guru dan teman-temannya yang lain yang terbangun oleh teriakannya ikut berdesak-desakan di kamar Pak Singh yang sempit dan mengerubunginya. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Tenang, tenang... Biarkan ia minum dulu," kata Pak Ahmad sambil menyodorkan segelas air putih. Husein menerima air yang disodorkan dan segera meminumnya. Tanpa disadarinya tiba-tiba ia merasa sangat haus, dan ia segera menghabiskan air tersebut. Pak Ahmad dan beberapa staf lain yang sedang bertugas malam itu memandanginya dengan cemas.

“Kamu tidak apa-apa, Nak?”

Husein menggelengkan kepalanya lemah. Kini ia sudah jauh merasa lebih baik dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian setelah ia tenang, ia menceritakan apa yang telah dialaminya malam itu. Semua berpandang-pandangan.

"Pasti itu Aisyah. Ya, itu pasti dia...," orang-orang ribut menggumam.

“Aisyah? Siapa dia?” Dahi Husein berkerut.

Kemudian Pak Singh menceritakan bahwa beberapa tahun yang silam terdapat seorang siswa yang dikeluarkan dari asrama karena berpacaran dengan anak salah seorang tukang kebun waktu itu. Hubungan mereka tidak direstui oleh kedua belah pihak sehingga pihak asrama terpaksa mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah. Sejak saat itu anak laki-laki itu tak lagi menunjukkan batang hidungnya di asrama tersebut sehingga Aisyah merasa putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di atas pohon tepat di depan kamar klinik asrama. Tubuhnya yang telah dingin dan kaku ditemukan pada pagi hari keesokan harinya oleh ayahnya sendiri yang telah mencarinya ke mana-mana malam sebelumnya.

Tak lama setelah peristiwa tersebut beberapa siswa dan guru menemui hal-hal ganjil dan menyeramkan di sekitar pohon tersebut, terutama pada malam bulan purnama seperti apa yang dialami Husein pada malam itu.

Bahkan tahun sebelumnya ada dua orang siswa yang sedang melewati koridor di dekat klinik asrama secara kebetulan melihat seorang gadis berpakaian suster yang wajahnya mirip dengan Aisyah. Tetapi waktu didekati, gadis itu tiba-tiba menghilang. Atau, beberapa orang tukang yang sedang membetulkan pipa di halaman belakang kadang-kadang melihat sesosok wanita muda berpakaian putih sedang duduk berayun-ayun di atas pohon sambil bersenandung riang dan tertawa-tawa kecil. Tapi wajah pucatnya menunjukkan kesedihan hatinya yang entah kapan dapat terobati…